Batam (ANTARA) - Organisasi kepemudaan, Pemuda Pancasila di Batam, membakar 70 bendera Malaysia, memperingati Hari Kemerdekaan RI ke-65, Selasa akibat penangkapan tiga karyawan Kementerian Kelautan dan Perikanan oleh petugas Malaysia .
Upacara perayaan kemerdekaan kami kali ini spesial, kami membakar 70 bendera Malaysia," kata Ketua Majelis Pimpinan Cabang Pemuda Pancasila Batam, Moody Arnold Timisela.
Pembakaran bendera Malaysia itu, kata Moody Arnold Timisela , merupakan bentuk kemarahan atas tindakan Pemerintah dan rakyat Malaysia yang menginjak kewibawaan Indonesia.
"Ini karena Malaysia keterlaluan. Wibawa bangsa ini terinjak-injak," kata dia.
Ia menjabarkan, di antara tindakan pemerintah dan rakyat Malaysia yang melecehkan Indonesia di antaranya pengklaiman reog Ponorogo, lagu Rasa Sayange, penganiayaan TKI, juga penahanan tiga orang staf Kementerian Kelautan dan Perikanan yang baru terjadi.
"Dan yang paling menyakitkan adalah pengubahan lagu Indonesia Raya beberapa waktu lalu," kata dia.
Mengenai angka 70, ia mengatakan tidak ada arti khusus.
Pembakaran bendera dilakukan di dua tempat, yaitu Terminal Feri Internasional Batam Centre dan halaman markas PP Batam.
Sebelum dibakar, anggota PP menyeret bendera Malaysia di jalanan.
Selain pembakaran 70 bendera Malaysia, maka anggota PP Batam juga membakar foto empat tokoh Malaysia, di antaranya mantan perdana menteri Tun Abdul Razak.
Foto Tun Abdul Razak dicorat-coret. Di dahinya terdapat silang, dibuat kumis dan matanya di coret bagaikan bajak laut.
Uang Malaysia senilai 20 ringgit juga ikut dibakar dalam upacara itu.
Menurut Moody, pebakaran mata uang Malaysia itu melambangkan niat untuk menghancurkan perekonomian Malaysia.
Pada kesempatan itu, Moody meminta Pemerintah Indonesia lebih tegas dalam berhadapan dengan Malaysia.
"Pemerintah pusat tidak pernah tegas," kata dia.
Anggota PP juga meminta agar seluruh warga Malaysia diusir dari Batam.
Anggota PP mencaci Malaysia dalam aksi pembakaran itu.