Namun makluman itu adalah atas kiraan manusia, tetapi menyakini bahawa malam yang hebat lagi agung itu wajar umat islam manfaatkan dengan menguat serta melipatgandakan ibadat pada malam-malam 10 yang ganjil yang kini hanya tinggal beberapa hari sahaja lagi.
Berusahalah merebutnya selagi hayat terus dikurnia oleh Allah SWT, kerna untuk memburu malam yang agung itu dimasa hadapan yakni pada Ramadhan akan datang BELUM TENTU antara kita punya rezeki dan umur. Andai hayat dan umur kita habis, alangkah rugi dan gagalnya kita untuk memanfaatkan apa yang diserukan oleh Allah SWT kepada hambanya.
Penuhilah malam-malam akhir ini dengan lebih banyak membaca al-Quran, mengerjakan solat-solat sunat tasbih, taubat, tahajjud dengan berqiamullail. Tinggalkan sementara tidur kalian untuk seluruh malam-malam akhir ini, jika mampu tinggalkan jua tiduran-tiduran nafsu bersama isteri, railah malam-malam akhir ini dimasjid-masjid (rumah Allah) dan kejutlah rakan sahabat untuk bangun bersama beribadat.
Untuk tidak lupa, pastikan jua kalian hadir memenuhi ruang solat dan lantai rumah2 Allah dengan pakaian yang hebat dan baru, pedulikan celaan rakan yang nampak pelik melihat kita berpakaian cantik dimalam hari, alangkah hebatnya jika ditakdirkan diantara malam2 itu kita dikurniakan untuk bertemu Lailatul Qadar. Wow ! Tetapkan niat bahawa kita wajar berpakaian cantik dan hebat untuk 'bertemu' dan 'bicara' dengan Allah. Pakailah wangi-wangian, serta basahkan setiap lidah kalian dengan memohon keampunan dari Allah SWT.
SATU malam yang paling ditunggu-tunggu oleh umat Islam di seluruh dunia kini, itulah malam Lailatul Qadar. Banyak ayat di dalam Al-Quran yang menceritakan tentang barakahnya malam ini. Banyak di antara orang menunggu kedatangan Lailatul Qadar dalam sepuluh hari terakhir.[.sumber - albanjari]
Sebagian orang menunggu kedatangan malam itu dengan berlama-lama di masjid sambil membaca Alquran. Ada yang menunggunya di hadapan rumah, agar dapat melihat turunnya malaikat pada malam Qadar. Tidak kurang juga yang menyambutnya dengan sinaran-sinaran lampu-lampu minyak agar kawasan mereka diterangi. Mereka begitu yakin dengan beberapa tanda-tanda yang banyak diceritakan dalam berbagai cerita sejarah.
Ada suatu hal yang masih tersimpan dalam benak hati kita semua. Sebuah pertanyaan terdalam. Pernahkah Nabi SAW melihat langsung Lailatul Qadar ? Adakah sahabat-sahabat juga pernah melihatnya? Kita pernah mendengar banyak hadis-hadis yang menceritakan tanda-tanda malam tersebut, adakah kita bisa melihatnya dengan mata kepala kita sendiri.
Cara yang paling bijak bagi kita menjawab persoalan ini marilah kita lihat tafsiran beberapa ahli tafsir termasuk melihat tanda-tanda tersembunyi yang sering diceritakan itu.
Tafsir Surat Al-Qadar
Satu surat yang begitu signifikan menceritakan mengenai peristiwa malam tersebut ialah surah Al-Qadar yang berisi 5 ayat. Surat Al-Qadar adalah surat ke 97 menurut susunannya di dalam Mushaf. Ada di antara ulama-ulama mengatakan bahwa surat Al-Qadar ini turun selepas penghijrahan Nabi SAW ke Madinah.
Di dalam membicarakan pentafsiran ayat, amatlah bijak jika kita mengambil penafsiran yang diambil dari Tafsir Jalalain:
Kesimpulannya bahwa malam Al-Qadar itu secara sejarahnya diturunkan Al-Quran dari Lauhul Mahfuz ke langit dunia. Kemuliaan malam tersebut telah dikabarkan kepada Rasulullah SAW. Bulan itu dikatakan satu bulan dengan barakah seperti 1.000 bulan. Di malam tersebut para malaikat-malaikat dan Jibril turun ke bumi dan memohon Allah mengabulkan doa-doa hamba-Nya. Kemuliaan malam tersebut berakhir dengan terbitnya fajar.
Penafsiran yang lebih terperinci, sedikit mengenai ayat pertama surah Al-Qadar ini dapat kita lihat dari Tafsir Ibnu Kathir:
Allah SWT telah mengkabarkan sesungguhnya Ia telah menurunkan Alquran pada malam Lailatul Qadar. Dimana Allah berfirman, "Sesungguhnya kami turunkannya di malam yg barakah". Inilah yang kemudian dikenal sebagai malam Al-Qadar yg berada di dalam bulan Ramadan sebagaimana firmannya, "Pada bulan Ramadan yang diturunkan di dalamnya Alquran".
Berkata Ibnu Abbas, bahwa Allah SWT telah menurunkan Alquran keseluruhannya (secara total) dari Lauhul Mahfuz ke Baitul 'Izzah dari langit dunia kemudian ia diturunkan secara berpisah dan berperingkat selama 23 tahun ke atas Nabi SAW, kemudian firman Allah beliau memuliakan Lailatul Qadar dimana Allah SWT telah mengizinkan penurunan Alquran.
Keistimewaan Lailatul Qadar
Sheikh Dr Yusuf Al-Qaradhawi merujuk kepada surah Al-Qadar di dalam membicarakan persoalan keistimewaan Lailatul Qadar, katanya :
"Allah telah memuliakan Alquran di malam ini, dan ditambahnya dengan maqam yang mulia, yaitu kedudukan dan kemuliaannya yang sangat banyak dari kebaikan dan kelebihan dari 1.000 bulan. Apa-apa ketaatan dan ibadah di dalamnya menyerupai 1.000 bulan yang bukan Lailatul Qadar. 1.000 bulan ini menyamai 83 tahun 4 bulan. Hanya di satu malam ini lebih baik dari umur seseorang yang menghampiri 100 tahun, jika tambah berapa tahun beliau baligh dan dipertanggungjawabkan".
Dan pada malam itu turunnya malaikat-malaikat dengan rahmat Allah dengan kesejahteraan dan barakahnya. Dan kesejahteraanya melimpah sehingga ke terbit fajar. Di dalam As-sunnah, banyak hadist-hadist yang menyebutkan mengenai keutamaan Lailatul Qadar ini. Yang banyak dianjurkan untuk mencarinya pada 10 malam terakhir. Dalam Sahih Bukhari dari Hadis Abu Hurarirah,
"Barangsiapa yang berqiam di malam Al-Qadar dengan penuh keimanan dan bersungguh-sungguh maka telah diampunkannya apa yang telah lalu dari dosanya". (Riwayat Bukhari didalam Kitab Al-Saum).
Rasulullah SAW telah memberi penjelasan kepada siapa yang lalai dan tidak memperhatikan malam tersebut, yaitu sama seperti menghalang dirinya dari menerima kebaikannya dan ganjarannya. Berkata para sahabat yang telah dinaungi mereka bulan Ramadan, "Sesungguhnya bulan ini telah hadir kepada kamu di dalamnya mengandung malam yang lebih baik dari 1.000 bulan. Siapa yang memuliakannya maka beliau akan dimuliakan kebaikan semua perkara. Dan siapa yang tidak memuliakannya maka kebaikannya akan dihalang". (Riwayat Ibnu Majah dari Hadis Anas, isnad Hassan sebagaimana di dalam Sahih Jaami' Al-Saghir).-Al-banjari